Anak Indonesia dan Urgensi Pendidikan Perdamaian

Setiap 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN) di Indonesia. Pada 2021 HAN diperingati dengan tema Anak terlindungi, Indonesia maju. HAN kali ini mengingatkan kita mengenai urgensi untuk melindungi dan membekali anak-anak Indonesia agar siap menghadapi tantangan masa depan serta memajukan kualitas hidup bangsa.

Usaha mendampingi anak-anak Indonesia mempersiapkan diri untuk masa depan dalam dua tahun ini dihadapkan pada tantangan berupa pandemi yang disebabkan penyebaran masif covid-19. Sebuah tantangan yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya dan tiba-tiba terjadi dalam hidup kita. Dampak dari pandemi ini setiap orang dipaksa untuk mengubah dan menyesuaikan hidup, tidak terkecuali dengan kehidupan anak-anak kita.

Kegiatan anak mengalami perubahan dan penyesuaian. Kegiatan belajar formal saat ini sebagian besar tidak lagi dilaksanakan di gedung sekolah, tetapi di rumah. Proses sosialisasi dengan teman dan lingkungan sekeliling juga berubah dan dibatasi hingga waktu yang belum bisa ditentukan. Anak harus dilindungi dari bahaya pandemi, tetapi pada saat yang sama perlu tetap mendapat bekal untuk menghadapi tantangan hidup di masa depan.

Apa yang harus kita siapkan sebagai bekal untuk anak-anak kita, sementara kita tidak tahu tantangan apa yang akan mereka hadapi di masa depan? Untuk menjawab pertanyaan ini, salah satu cara yang bisa digunakan ialah melihatnya dari sudut pandang pendidikan perdamaian.

Arti perdamaian
Kata perdamaian bagi sebagian orang mungkin diasosiasikan dengan kata perang. Damai sebagai lawan dari perang dan damai ialah situasi yang terwujud ketika perang usai. Di konteks yang berbeda, di tempat orang-orang yang belum pernah merasakan perang, mereka mungkin mengasosiasikan kata damai dengan kedamaian dalam diri atau inner peace. Mereka melihat damai sebagai situasi ketika diri merasakan ketenangan karena mampu mengelola masalah-masalah personal.

Cara pandang terhadap perdamaian di atas tidak ada yang salah karena pengalaman tiap orang membentuk pemahaman berbeda terhadap perdamaian, tetapi pemahaman yang kontekstual tersebut mungkin tidak cukup lengkap untuk melingkupi situasi-situasi lain yang juga terkait dengan perdamaian. Johan Galtung (1969) menawarkan konsep perdamaian yang membahas bukan hanya keadaan yang terlihat di permukaan, melainkan juga jauh ke akarnya sehingga situasi damai diartikan sebagai keadaan ketika akar masalah, yang biasanya terkait dengan ketidakadilan sosial, dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam situasi pandemi ini, berbagai masalah ketidakadilan sosial terangkat ke permukaan dan terlihat jelas. Layanan kesehatan yang terbatas, akses pendidikan yang terganggu, diskriminasi, akses ke pekerjaan untuk mendapat penghasilan, dan kesenjangan ekonomi yang memengaruhi akses masyarakat ke layanan kesehatan, pendidikan, dan lainnya ialah beberapa contohnya.

Pandemi menunjukkan kepada kita bahwa, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di dunia, permasalahan ketidakadilan sosial terjadi secara nyata dan memengaruhi keberlangsungan hidup umat manusia. Mereka yang sakit dan akhirnya meninggal ternyata bukan disebabkan penyakit yang diderita mereka saja, melainkan juga dipengaruhi berbagai situasi dan akses yang tidak bisa mereka miliki dan dapatkan.

Pendidikan perdamaian
Penderitaan masyarakat di masa pandemi tidak boleh terulang di masa depan. Karena itulah, anak-anak kita perlu memiliki persiapan yang baik dengan pendidikan yang membekali mereka pengetahuan, nilai, dan keterampilan yang mampu mengatasi masalah-masalah ketidakadilan sosial. Dengan demikian, manusia bisa hidup secara damai dan terpenuhi hak-hak dasarnya.

Dengan mengacu pada pengertian perdamaian seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pendidikan perdamaian dapat diartikan sebagai proses untuk mempromosikan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang diperlukan untuk mengubah perilaku pembelajar, baik itu anak-anak, orang muda, maupun orang dewasa, sehingga mereka mampu mencegah konflik kekerasan yang terbuka maupun terstruktur, menyelesaikan konflik secara nirkekerasan, dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk perdamaian dalam tingkat individu, antarindividu, antarkelompok, nasional, dan internasional (Fountain, 1999).

Pendidikan perdamaian juga melingkupi topik yang luas. Toh dan Floresca-Cawagas (2017) menawarkan enam tema besar, yaitu peniadaan budaya perang, hidup adil dan penuh kasih, membangun penghormatan budaya, rekonsiliasi dan solidaritas, promosi hak asasi manusia dan tanggung jawab yang menyertainya, hidup berdampingan dengan alam, dan menumbuhkan kedamaian diri. Enam tema tersebut kemudian diterjemahkan menjadi berbagai pengetahuan, nilai, dan keterampilan penting untuk pendidikan perdamaian.

Pengetahuan yang diajarkan dalam pendidikan perdamaian di antaranya pengetahuan mengenai konsep perdamaian, konflik, kekerasan, nirkekerasan, identitas, pemahaman diri, dan pembangunan yang berkelanjutan. Nilai-nilai damai yang ingin ditumbuhkan antara lain meliputi penghormatan, kesabaran, keberanian, tanggung jawab, komitmen, dan transparansi. Keterampilan yang perlu dimiliki pembelajar pendidikan perdamaian di antaranya refleksi, empati, berpikir kritis, kreativitas, pengambilan keputusan, dan komunikasi.

Pengetahuan, nilai, dan keterampilan tersebut ialah hal-hal dasar yang perlu dimiliki dan digunakan tiap orang ketika mereka menghadapi tantangan, apa pun itu bentuknya, sehingga dapat menghasilkan keputusan yang baik. Keputusan yang tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga untuk seluruh makhluk tanpa melihat perbedaan-perbedaan yang dimiliki.

Lalu, apakah pendidikan yang kita berikan kepada anak-anak kita sudah secara eksplisit memberikan hal-hal tersebut di atas? Apakah anak-anak kita sudah mendapat bekal yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di masa depan? Jika jawabannya belum, mungkin inilah waktunya bagi kita untuk memperbaiki sistem pendidikan kita.

Sudah bukan masanya kita melaksanakan sistem pendidikan yang hanya membuat anak-anak kita menjadi kompetitif untuk memenuhi kepuasan dan kepentingan diri dan kelompok, atau pendidikan yang membekali anak-anak kita dengan keterampilan yang bertujuan agar mereka terserap dalam pasar tenaga kerja saja. Anak-anak kita berhak dan harus mendapatkan pendidikan yang lebih baik, yang mempersiapkan mereka menjadi manusia-manusia yang mampu berpikir dan bertindak untuk kebaikan bersama, untuk mewujudkan keadilan dan kedamaian bagi seluruh makhluk tanpa batas.

Penulis : Dody Wibowo
Sumber: https://mediaindonesia.com/

Tips Tetap Produktif Meski Belajar di Rumah

Akhir-akhir ini Indonesia dikabarkan dengan penyebaran corona yang sangat pesat di berbagai daerah. Semakin tingginya penyebaran ini, pemerintah melakukan kebijakan untuk menutup sekolah selama beberapa minggu. Nah, karena sekarang belajar dari rumah, mungkin kamu akan cepat merasa bosan dan kurang produktif. Kadang juga terjadi kendala pada signal yang membuat materi yang disampaikan kurang maksimal, semangat untuk belajar pun menjadi kurang. Tapi tenang, kamu bisa lakukan tips berikut ini agar kamu tetap produktif saat belajar di rumah.

  1. Membuat jadwal kegiatan harian

Kamu bisa membuat jadwal harian agar tetap produktif walau hanya dirumah saja. Bisa diawali dari hari senin sampai minggu dan kamu isi kegiatan setiap harinya dengan kegiatan positif. Atur waktu setiap kegiatannya semisalnya, pada saat pagi hari kamu olahraga 30 menit, belajar selama 1 jam. Jika dibuat seperti ini waktu kamu akan lebih efektif, dan tidak hanya bermain HP saja. Bikin semenarik mungkin jadwal kegiatan harimu supaya kamu tidak gampang bosan, kalau kamu adalah orang yang kreatif mungkin bisa menghias lembaran kertas jadwalmu agar terkesan estetika.

  1. Membuat area belajar yang nyaman

Mencari ketenangan saat belajar sebaiknya menjahui suara bising yang dapat mengganggu konsentrasi. Jika kamu punya ruang belajar sendiri itu akan lebih baik, pencahayaan ruangan juga perlu diperhatikan agar penglihatannya saat belajar lebih jelas. Belajarlah di atas meja dan tempat duduk yang nyaman buat kamu, jangan belajar diatas kasur, nanti bukannya fokus belajar, tapi kamu malah ketiduran.

  1. Berhenti dari aktivitas media sosial selama belajar

Nah, karena sekarang musim pandemi covid-19, sekarang kita diharuskan belajar secara online dengan menggunakan HP maupun laptop. Belajar online akan muncul notifikasi media sosial kamu yang mungkin akan mengalihkan konsentrasimu dalam belajar. Jadi ketika kamu mau belajar, notifikasi hp dinonaktifkan terlebih dahulu agar kamu bisa fokus dalam belajar. Bermain media sosial ada waktunya sendiri, setelah belajar kamu bisa bermain media sosial kembali, tapi ingat ada batasannya dan jangan berlebihan bermain media sosial, karna itu dapat menyebabkan kamu tidak bisa lepas dari hp ataupun laptop.

  1. Membuat catatan materi yang dipelajari

Tidak hanya sekedar membacanya saja tapi juga perlu beberapa materi di catat agar kamu mudah menghafal dan mengingatnya. Apalagi jika itu materinya menggunakan rumus, akan lebih efektif jika kamu mencatatnya dan ketika ada tugas yang ada rumusnya kamu tinggal membuka catatanmu biar mencarinya lebih gampang. Pada saat ada ujian kamu akan lebih mudah untuk mengerjakan soal, karna sering mencatat hal-hal penting dimaterimu yang membuat kamu secara langsung membaca dan mengingat. Membuat catatan tidak hanya sekedar menulis saja, tapi juga di susun dan ditulis dengan rapi, agar catatannya kelihatan mudah dipahami.

  1. Istirahat sejenak

Dan yang terakhir adalah istirahat, kamu juga pasti akan merasakan lelahnya belajar atau melakukan kegiatan apapun. Apalagi kita belajar secara online yang mengharuskan pakai HP atau laptop, maka Kesehatan mata juga harus di jaga. Kamu bisa tidur untuk mengistirahatkan tubuh, bersantai di depan rumah dengan seduhan teh manis sambil menikmati pemandangan, atau kamu juga bisa jalan-jalan keluar untuk refreshing. Memaksakan tubuh untuk melakukan segala hal itu juga tidak baik untuk kesehatan. Jadi, kita menyempatkan waktu untuk istirahat walau sesibuk apapun.

Oke, itu tadi 5 tips agar tetap produktif dirumah saja dan jangan lupa untuk dilakukan, bukan sekedar angan-angan saja ya. Kalau kamu tidak melakukan aktifitas apapun dirumah, dimasa pamdemi ini akan terasa monoton dan membosankan. Nantinya kamu keterbiasaan malas-malasan melakukan kegiatan dan jadinya membuang waktu secara sia-sia. Kalau kamu ingin bimbingan belajar lebih, kamu bisa menggunakan aplikasi pembelajaran seperti ruangguru, zenius, kelas pintas dan masih banyak lagi yang dapat kamu unduh.(nov/fa)